What's a future?? Atau dalam bahasa Indonesia, "Apa itu masa depan??"
Aku sedang sangat mengagumi kalimat itu. Entah mengapa jika dalam film, kata-kata itu seperti background soundtrack-nya. Lucunya, nyaris sejak aku sering memikirkan arti kalimat itu bagiku sendiri, beberapa hal dariku berubah. Lebih baik.
~~~
Apa arti
sebuah kesuksesan tanpa perjuangan? Lalu.. Apa arti sebuah perjuangan jika
hidup penuh dengan keberhasilan?
Melalui lintasan ini, aku menghayati dunia
yang kuarungi.
Gagal. Mereka pernah gagal. Dia pernah gagal.
Kau pernah gagal. Begitu juga aku, pernah gagal pula.
Pepatah mengatakan, “Guru yang terbaik adalah
pengalaman.” Mungkin benar dan memang nyaris sepenuhnya benar. Namun menurutku,
“Guru terbaik adalah proses.”
Proses.
Perlahan-lahan aku dikenalkan dengan
komplikasi situasi yang memaksaku berpikir keras dan parahnya, aku ditakdirkan
untuk memikirkannya sendiri. Hanya pada Tuhan aku berdiskusi karena aku tahu,
tidak ada gunanya aku bicara pada semua orang di dunia ini. Mereka mungkin
tidak peduli, tidak paham, atau tidak memiliki waktu untuk memikirkan
kehidupanku yang rumit sementara memiliki waktu untuk diri mereka sendiri pun
kadang sulit. Hanya Tuhan yang selalu punya waktu.
Aku kerap jatuh, tergelincir dan kegagalan
merupakan lauk pauk keseharianku. Aku sempat putus asa dan membayangkan betapa
buram masa depanku nanti jika aku tidak tetap berusaha merubah keadaan. Sedikit
demi sedikit keyakinan akan kemampuan diriku sendiri terkikis, dan hanya
menyisakan segelintir uap yang tak akan mencair. Aku masih meyakini keajaiban
Tuhan, bahwa Tuhan sangat menghargai jerih payah umatnya. Maka aku tidak mau
menyia-nyiakan kemurahan hati Tuhan itu.
Lalu aku menjadi sosok yang semangat dalam
memandang cita-citaku. Memantapkan titik-titik penting penentu kecerahan dunia
esok. Aku mengusahakan prestasiku, bukankah tiada yang tak mungkin? Seolah otak
dan pikiran menjadi pembeda, menurutku itu sungguh tidak adil. Apakah dunia ini
hanya boleh membahagiakan mereka yang cerdas? Maka aku pun berprinsip, “Kita
sama-sama manusia. Maka jika dia bisa, aku juga pasti bisa.”
Akhirnya, beberapa hal mustahil yang dulu
kuimpikan terpecahkan, menjadi wujud nyata hasil perjuangan serta air mataku
selama ini.
Namun setelah keberhasilan itu, bukan berarti
aku bebas dari hujatan orang-orang. Justru aku menghadapi gelombang yang lebih
kuat namun aku tidak boleh membiarkannya menembus tembok karangku. Aku
menghargai pola pikir mereka, itu hak mereka untuk berpikir sesuai prinsip
mereka masing-masing. Namun aku pun beropini, dan seolah aku disadarkan setelah
berhasil mengatakan apa yang selama ini tak bisa kuungkapkan. Tiba-tiba, setiap
kata itu berdengung di telingaku, sebagai penyemangat untuk tetap bangkit meski
badai pasti silih berganti menghujam tanahku hingga Tuhan memanggilku kembali.
Aku yakin. Aku tidak akan mengenal apa itu
berhasil, jika aku tak pernah gagal. Tak bisa merasakan esensi kesuksesan tanpa
pernah gagal. Maka sama sekali kita tak berhak menjadikan kegagalan adalah
alasan kita berhenti berjuang. Karena takut gagal?? Padahal gagal mengajarimu
menghargai keberhasilan?? Maka gagal
sebenarnya adalah alasan mengapa kita memperjuangkan suatu hal. Karena hidup
adalah antara kegagalan dan keberhasilan. Di mana sebenarnya hidup itu dipenuhi
kegagalan kecuali mereka yang mensyukuri nikmat Tuhan, kemudian mengoptimalkan
apa yang dikaruniakan Tuhan pada kita. Keberhasilan tidak mendatangimu yang
tidak siap menerimanya, namun kamu yang siap menghadapi segala risiko yang akan
mendatanginya.