Sabtu, 19 Mei 2012

My Dream Wanna Be---


Sungha Jung - This Love (Maroon 5)

I just so adored by someone who's often called "King of Guitar"..
Yeah, he is Seongha Jeong (Sungha Jung), who was born on September 2th 1996 in Sorth Korea.
One of his videos that make me so amazed is that one *I've put above*
He is a professional accoustic finger-style guitarist.
He was first become famous by his uploaded video on Youtube, and have been taking so many interest and also attention from every viewer -include myself.
Now he's often invited to some concerts of himself or just tone up someone else's.
Moreover, Lakewood, a guitar company brand, have sponsored him to reach his fame as what he have done until now!
Some of his cover is also played on some films as soundtrack.

You know what? I know there is nothing impossible and the word "late" will never be reason..
But, is it possible if I just tried on my age of 15 and dream of being talented as him?
Even if he have so well played on his 16th age, only a year elder than me??
Hahaha, yeah.. Let time gives me answer :D

Senin, 07 Mei 2012

WHAT'S A FUTURE



What's a future?? Atau dalam bahasa Indonesia, "Apa itu masa depan??"
Aku sedang sangat mengagumi kalimat itu. Entah mengapa jika dalam film, kata-kata itu seperti background soundtrack-nya. Lucunya, nyaris sejak aku sering memikirkan arti kalimat itu bagiku sendiri, beberapa hal dariku berubah. Lebih baik.
~~~
Apa arti sebuah kesuksesan tanpa perjuangan? Lalu.. Apa arti sebuah perjuangan jika hidup penuh dengan keberhasilan?
Melalui lintasan ini, aku menghayati dunia yang kuarungi.
Gagal. Mereka pernah gagal. Dia pernah gagal. Kau pernah gagal. Begitu juga aku, pernah gagal pula.
Pepatah mengatakan, “Guru yang terbaik adalah pengalaman.” Mungkin benar dan memang nyaris sepenuhnya benar. Namun menurutku, “Guru terbaik adalah proses.”
Proses.
Perlahan-lahan aku dikenalkan dengan komplikasi situasi yang memaksaku berpikir keras dan parahnya, aku ditakdirkan untuk memikirkannya sendiri. Hanya pada Tuhan aku berdiskusi karena aku tahu, tidak ada gunanya aku bicara pada semua orang di dunia ini. Mereka mungkin tidak peduli, tidak paham, atau tidak memiliki waktu untuk memikirkan kehidupanku yang rumit sementara memiliki waktu untuk diri mereka sendiri pun kadang sulit. Hanya Tuhan yang selalu punya waktu.
Aku kerap jatuh, tergelincir dan kegagalan merupakan lauk pauk keseharianku. Aku sempat putus asa dan membayangkan betapa buram masa depanku nanti jika aku tidak tetap berusaha merubah keadaan. Sedikit demi sedikit keyakinan akan kemampuan diriku sendiri terkikis, dan hanya menyisakan segelintir uap yang tak akan mencair. Aku masih meyakini keajaiban Tuhan, bahwa Tuhan sangat menghargai jerih payah umatnya. Maka aku tidak mau menyia-nyiakan kemurahan hati Tuhan itu.
Lalu aku menjadi sosok yang semangat dalam memandang cita-citaku. Memantapkan titik-titik penting penentu kecerahan dunia esok. Aku mengusahakan prestasiku, bukankah tiada yang tak mungkin? Seolah otak dan pikiran menjadi pembeda, menurutku itu sungguh tidak adil. Apakah dunia ini hanya boleh membahagiakan mereka yang cerdas? Maka aku pun berprinsip, “Kita sama-sama manusia. Maka jika dia bisa, aku juga pasti bisa.”
Akhirnya, beberapa hal mustahil yang dulu kuimpikan terpecahkan, menjadi wujud nyata hasil perjuangan serta air mataku selama ini.
Namun setelah keberhasilan itu, bukan berarti aku bebas dari hujatan orang-orang. Justru aku menghadapi gelombang yang lebih kuat namun aku tidak boleh membiarkannya menembus tembok karangku. Aku menghargai pola pikir mereka, itu hak mereka untuk berpikir sesuai prinsip mereka masing-masing. Namun aku pun beropini, dan seolah aku disadarkan setelah berhasil mengatakan apa yang selama ini tak bisa kuungkapkan. Tiba-tiba, setiap kata itu berdengung di telingaku, sebagai penyemangat untuk tetap bangkit meski badai pasti silih berganti menghujam tanahku hingga Tuhan memanggilku kembali.
Aku yakin. Aku tidak akan mengenal apa itu berhasil, jika aku tak pernah gagal. Tak bisa merasakan esensi kesuksesan tanpa pernah gagal. Maka sama sekali kita tak berhak menjadikan kegagalan adalah alasan kita berhenti berjuang. Karena takut gagal?? Padahal gagal mengajarimu menghargai keberhasilan??  Maka gagal sebenarnya adalah alasan mengapa kita memperjuangkan suatu hal. Karena hidup adalah antara kegagalan dan keberhasilan. Di mana sebenarnya hidup itu dipenuhi kegagalan kecuali mereka yang mensyukuri nikmat Tuhan, kemudian mengoptimalkan apa yang dikaruniakan Tuhan pada kita. Keberhasilan tidak mendatangimu yang tidak siap menerimanya, namun kamu yang siap menghadapi segala risiko yang akan mendatanginya.
 
© Copyright 2035 Scarlet Threads Me
Theme by Yusuf Fikri