Rabu, 01 Juni 2011

^*Terrible Days on My Hopeful Time*^


Tak perlu 'harus' suara itu menggebu di balik punggungku. Aku tahu apa yang 'ingin' jadi harus. Tapi mungkinkah, 'harus' jadi 'ingin'??
Dia berkata di sela jangkrik membisingkan keheningan malam, ia menulis seolah benar semua itu bermakna dan aku memang harus mempertimbangkannya. Tapi apa ia tidak takut aku jugalah yang akan menjadi duri batangnya, api lautnya, atau jurang hatinya?
Aku tahu mana arah.. Lebih tahu apa yang menjadi alurku daripada ia yang hanya 'mencoba' pandai menelaah.
Tapi aku juga tidak suka membayangkan esok yang hanya khayalan, tak pasti terjadi, penuh sandiwara, penuh pengaruh... Aku muak. Tapi dia memaksaku menerawang yang masih senja, yang masih mengabu-abu.. Tidakkah kau dengar jiwa itu angkat bicara? Menggerutu, menyerutu gelap gulitanya hidup yang dilabuhnya, yang dilumatnya..
Terima kasih atas kenangan yang masih menuai bekas..
Atas harapan-harapan kosong yang selalu kau sulut lalu padamkan..
Atas kisah-kisah pedih yang menyambut wajahmu di hadapanku..
Atas kesempatan yang kau tabur dan gugurkan, hingga saat ini..
Membuat sisa di benak jiwa..
ternyata masih ingin membaginya, saat menulih bayangmu, berbaur cenderung kabut hampir di seluruh hari-hariku..
Aku salah juga..
Tak ingin membiarkan kabut itu mencair..
Tak ingin lepaskan ia jadi butir..
Tak sampai relakan ia membulir..
Ia mungkin menyadari, apa dia untukku dan aku untuknya..
Ia bahkan menyadari, hasratnya menyingkir, menepiskan diri agar aku menemukan bayanganku lagi..
Tak seperti kamu, yang membuatku jatuh dari anganku lalu bangkit namun terpaut.. Gantung.
Namun entah mengapa, aku tak terapung, tak tenggelam..
Tak mencair, tak terbakar..
Tidak juga baik-baik saja..
Memikirkanmu, memikirkannya..
:(

0 komentar:

Posting Komentar

Thank's.. Leave another comment :)

 
© Copyright 2035 Scarlet Threads Me
Theme by Yusuf Fikri